Drainase Pangeran Suryanata Bontang Dinilai Asal-asalan, Dana Pemeliharaan Terancam Tak Cair

Komisi C DPRD Bontang bersama tim PUPRK meninjau hasil pengerjaan proyek trotoar dan drainase di Jalan Sendawar, Senin (6/1/2025) siang.

TIMUR. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota (PUPRK) Bontang mengancam tak akan mencairkan dana pemeliharaan, untuk proyek pengerjaan drainase di Jalan Pangeran Suryanata eks Sendawar, Bontang Baru.

Sebab hasil pengerjaan PT Tuah Persada Perkasa selaku kontraktor terkesan asal-asalan dan tak sesuai spesifikasi.

Read More

Kepala Bidang Binamarga PUPR Kota Bontang Anwar Nurddin mengungkapkan, proyek senilai Rp7 miliar tersebut tidak selesai dengan sempurna. Banyak bagian yang perlu dibongkar dan dibuat ulang.

Beberapa item yang terkesan dikerjakan dengan sembarangan ialah penutup saluran air. Perbaikan diminta karena permukaan penutup yang terlalu tinggi. Selain itu, ada beberapa titik beton drainase yang juga terlalu tinggi.

Parahnya, juga ditemukan lantai drainase yang retak akibat cor yang terlalu tipis. Tak hanya sampai di situ, PUPRK juga menemukan finishing kontraktor yang tidak rapi.

Maka dari itu PUPRK menginstruksikan kepada kontraktor asal Banda Aceh itu melakukan perbaikan di masa pemeliharaan. Apabila permintaan itu tak digubris, maka dana pemeliharaan dengan nilai mencapai Rp300 juta tidak akan dicairkan.

“Waktunya memang sudah selesai. Dana pemeliharaan mereka bisa tidak cair kalau mereka tidak mau perbaiki,” ucap Anwar Nurdin.

Dia juga mengatakan, apabila kontraktor menolak untuk bertanggungjawab maka PUPRK akan mengambilalih perbaikan. Pengerjaan kontraktor yang masih cacat itu akan dibenahi menggunakan dana pemeliharaan.

“Kalau mereka tidak perbaiki kami yang turun langsung. Manfaatkan dana pemeliharaan,” ucapnya.

Gelombang protes juga hadir dari warga. Baim misalnya warga RT 13 Bontang Baru ini sempat berkali-kali meminta kontraktor untuk melandaikan trotoar yang akan dibangun di depan rumahnya.

Sebab akses itu dipakai untuk lalu lalang mobil. Karena Baim merupakan pemilik bengkel mobil. Walhasil dirinya harus menambah kayu secara mandiri untuk akses pelanggan.

“Saya sudah suruh landaikan. Tapi tidak dilakukan. Hasilnya banyak tuh cor-corannya yang rusak,” ucap Baim.

Tidak hanya itu, bahkan beberapa rumah warga juga terdampak rembesan air akibat beton terlalu tinggi. Alasan desain tinggi karena PUPR mengikuti elevasi air.

“Katanya penanggulangan banjir. Tapi malah jadi genangan air,” tandasnya. (*)

Follow dan Simak Berita Menarik Timur Media Lainnya di Google News >>

Related posts