TIMUR. Seorang anak stunting di Kampung Sidrap RT 20 Kelurahan Guntung, Bontang Utara sempat tidak mendapat bantuan bahkan penanganan medis beberapa waktu lalu. Pasalnya, keluarga balita itu tinggal di kawasan yang masuk wilayah administrasi Kutai Timur.
Pihak Kelurahan Guntung bersama dengan Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, serta Dinas Kesehatan langsung bergerak cepat ketika mendengar kabar tersebut. Sayangnya penanganan terkendala status administrasi kala itu.
Namun Wakil Wali Kota Bontang Najirah memerintahkan agar balita berumur 16 bulan tersebut segera dibantu tanpa melihat status wilayah administrasi. Apalagi saat ini Pemkot Bontang sangat konsen dalam hal penanganan stunting.
“Saya terima laporan dan minta tim segera turun. Seharusnya kalau sudah berhubungan dengan kemanusian tidak perlu lagi melihat KTP maupun wilayah. Selama bisa dibantu ya harus cepat,” kata Najirah, Jumat (24/2/2023).
Dari informasi yang diterima, orang tua anak itu bahkan tidak bisa membelikan susu yang harganya cukup tinggi. Bahkan, sesekali saat stok susu habis orang tua harus memberikan air tajin sebagai pengganti.
Kondisi anak tersebut lahir secara prematur, didiagnosis mengidap stunting, kelainan congenital diusia 16 bulan. Kondisi ekonomi sang ayah pun juga tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Keluarga itu, tinggal di rumah sederhana status menyewa, serta terlilit tanggungan utang.
Najirah meminta respon kemanusiaan harus ditingkatkan. Mengingat itu menyangkut hak warga negara untuk mendapatkan perhatian dari sektor kesehatan.
“Sekarang sudah ditangani. Semoga dengan perawatan intensif kondisi bayi tersebut bisa pulih kembali,” pungkasnya.
Sementara Lurah Guntung M F Lauda, mengatakan pihaknya telah melakukan upaya penanganan terhadap balita yang dinyatakan stunting tersebut. Bahkan sempat akan dirawat di RS PKT.
Namun sang ibu menolak di awal Januari lalu. Pihak Puskesmas Bontang Utara II juga sudah melakukan penanganan medis dan identifikasi lingkungan rumah.
“Memang kawasan rumahnya tidak layak huni. Sempat mau diminta dirawat pada Januari lalu, tapi sang ibu menolak,” kata M F Lauda.
Berdasarkan hasil peninjauan di lapangan, dia juga mengatakan balita tersebut tidak pernah meminum air tajin sebagai pengganti susu. “Tidak ada (minum air tajin), saya sudah cek di lapangan,” katanya. (*)
Follow dan Simak Berita Menarik Timur Media Lainnya di Google News >>