TIMUR. Pemerintah Kota Bontang mulai merencanakan untuk memanfaatkan kolam tampungan untuk menjadi potensi sumber baku air bersih.
Rencananya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota (PUPRK) Bontang akan mengalokasikan anggaran kegiatan kajian Feasibility Study (FS) pemanfaatan Waduk Kanaan untuk sumber air bersih senilai Rp 400 juta di APBD Perubahan.
Kabid Sanitasi, Air Minum dan Sumber Daya Air Dinas PUPRK Bontang Edi Suprapto menjelaskan, hal itu ditujukan untuk mengurangi penggunaan air sumur dalam. Secara kuantitasnya air sumur dalam di Bontang sudah sangat berkurang.
Apalagi di tengah ancaman krisis air yang diorediksi melanda Kota Bontang. Makanya perlu ada pemanfaatan air permukaan.
“Nah FS ini kita akan susun. Setelah itu barulah tahapan melihat kadar kualitas air apakah mumpuni atau tidak untuk digunakan sebagai air bersih,” tutur Edi kepada Klik Kaltim.
Diketahui saat ini daya tampung maksimal Waduk Kanaan sebanyak 250 ribu kubik. Saat berfungsi sebeagai pasokan air bersih dari situ bisa mengaliri paling tidak 25 liter per detik.
Lebih lanjut, selain Waduk Kanaan Edi juga akan akan melakukan koordinasi soal pemanfaatan kolam tampungan air.
Misalnya kolam yang berada di HOP 1 dekat Masjid Al-Falah. Namun terlebih dahulu akan dilakukan koordinasi dengan pihak perusahaan Badak LNG.
“Semua potensi kita tangkap. Ini untuk mencari solusi pasokan air bersih di Bontang,” pungkasnya.
Bontang terancam krisis air. Saat ini saja Perumda Tirta Taman sudah defisit air baku. Jumlahnya juga tak sedikit, 200 liter per detik.
Jika dianalogikan dalam 25 liter per detik saja bisa memenuhi 1.000 rumah. Artinya, dengan minus 200 liter/detik akan mengurangi kemampuan PDAM mengalirkan air ke 8 ribu rumah.
Jumlah yang tak sedikit memang. Tapi ketergantungan daerah industri dengan air bawah tanah sudah terlalu lama. Bahkan sejak Bontang masih berstatus kecamatan Kutai Kartanegara.
Dari total 23 sumur dalam yang dimiliki Perumda Tirta Taman hanya tersisa 12 saja yang beroperasi normal. Selebihnya sudah turun kapasitas. Penyebabnya kompleks, mulai faktor alam hingga usia yang terlalu tua.
“Pengaruhnya karena korosif karena kandungan zat besi nya tinggi,” kata Direktur Perumda Tirta Taman, Suramin di kantornya, Selasa (18/5/2021).
Ancaman krisis air di Bontang juga berdasarkan penelitian Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri – Institut Teknologi Bandung (LAPI- ITB) tahun 2006.
Saat penelitian ini ditulis, diprediksi Bontang akan krisis 20 tahun ke depan. Berarti, 2026 nanti air bersih langka. Tentu bisa lebih cepat jika melihat kondisi saat ini.
Sebenarnya ada pemanfaatan alternatif air baku. Ada 3 opsi, pertama dari Bendungan di Marangkayu yang saat ini mulai pengerjaan.
Tapi prosesnya masih butuh waktu panjang. Karena tahapan penggenangan butuh waktu sekitar 4 tahun.
Opsi kedua dari Bendali di Suka Rahmat, Kutai Timur. Proyek inisiatif Pemprov Kaltim ini sudah digaungkan sejak 2015 lalu. Namun sampai sekarang belum ada kejelasan.
Terakhir dan yang paling memungkinkan berasal dari air kolam tambang milik PT Indominco Mandiri. Kapasitas airnya melimpah 21 juta kubik. Kajiannya sudah ada, begitupun telah mendapat restu dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
“Demi kepentingan rakyat KLHK beri izin aja kok,” ujar Anggota DPRD Bontang Faisal, usai mengunjungi KLHK di Jakarta beberapa waktu lalu. (*)
Follow dan Simak Berita Menarik Timur Media Lainnya di Google News >>