TIMUR. Polres Bontang masih melakukan penyelidikan dugaan pencemaran PT Pertamina Hulu Sanga-Sanga (PHSS) yang menyebabkan kerang dara nelayan Kecamatan Muara Badak, Kutai Kartanegara mati masal.
Kapolres Bontang AKBP Alex Frestian, melalui Kasat Reskrim AKP Hari Supranoto mengatakan, hasil uji laboratorium dari Bareskrim Polri telah terbit. Polisi akan meminta keterangan ahli untuk membaca temuan tersebut sebelum menentukan langkah selanjutnya.
“Hasil uji lab akan ditegaskan dengan meminta keterangan ahli. Dikaitkan dengan laporan apakah ada kesesuaian. Kami tengah bekerja. Hasil sudah keluar tapi akan didalami,” ucap AKP Hari Supranoto, Rabu (8/5/2025).
Hasil uji laboratorium dari Universitas Mulawarman dan Bareskrim akan dikomparasikan. Kemudian dinilai apakah ada delik pidana yang masuk dalam laporan tersebut.
“Tunggu saja kalau ada hasilnya pasti diberitahu,” sambungnya.
Sebelumnya diberitakan, Hasil uji laboratorium penyebab kerang dara mati massal di Kecamatan Muara Badak telah keluar. Hasil itu didapat dari dokumen hasil penelitian Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman.
Redaksi menerima dokumen laporan PDF dengan berisi 48 slide. Hasil itu disajikan oleh tim dipimpin Iwan Suyatna serta 5 anggota lainnya.
Di slide 43 tertuang hasil penelusuran tim laboratorium terkait poin dugaan kerang dara mati masal. Kematian massal kerang darah diperkirakan tidak sepenuhnya akibat dari limpasan dari area drilling, tetapi diduga disebabkan oleh efek domino (domino effect).
Kematian massal dan serentak di beberapa titik awal dapat mengakibatkan dan menurunkan kualitas perairan hingga level yang sangat buruk bisa menyebabkan peningkatan H2S, NH3, NO2, CH4 dan penurunan O2 hingga level terendah akibat pembusukan.
Air yang kualitasnya buruk menyebar ke seluruh lokasi budidaya, penyebaran ini digerakkan oleh proses hidrodinamika laut (arus, gelombang, surut, pasang), sementara itu lokasi budidaya kerang darah memiliki perairan yang berkategori semi tertutup (pembilasan massa air memerlukan waktu yang sangat lama/musim).
Berikut 5 Kesimpulan Hasilnya:
- Hasil analisis indeks saprobik (sampel plankton) menunjukkan pasca kematian massal kerang karena terjadi peningkatan bahan organik di perairan sekitar lokasi budidaya pada kondisi tercemar ringan sampai cukup berat.
- Hasil pengamatan dan analisis jaringan (histopatologis) sampel kerang darah yang diambil dari seluruh lokasi budidaya (termasuk area budidaya Kontrol di Tani Baru), menunjukkan kerusakan jaringan, kerusakan jaringan terberat terjadi pada lokasi budidaya yang berada dekat dengan K2 (K7 & K8).
- Lokasi budidaya kerang terletak pada perairan semi tertutup, sehingga dapat menyebabkan efek domino akibat kurangnya penggantian sirkulasi air (sebagai syarat budidaya kerang yang baik).
- Pelacakan polutan menggunakan isotop stabil 13C dari sampel sedimen masih Berupa Baseline signature/karakteristik karbon lokasi pengambilan sampel, sehingga sulit ditentukan adanya pengaruh dari kolam pengendapan limbah (K1).
- Diduga adanya konektifitas antara wellpad (K2) dengan perairan sekitar (K3 dsb), dapat berpengaruh terhadap penurunan kualitas air di lokasi budidaya terdekat, diindikasi dari konsentrasi COD yang tinggi pada area wellpad, nilai ini mengindikasikan adanya bahan kimia. (*)
Follow dan Simak Berita Menarik Timur Media Lainnya di Google News >>