Saat Tiket Meroket

Mahal karena Avtur

Tingginya harga tiket dinilai merupakan dampak langsung dari pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Hal itu secara tidak langsung juga mengerek harga avtur sebagai bahan bakar pesawat.

Read More

Askhara menilai pelemahan rupiah tidak sebanding harga tiket pesawat domestik. Secara komposisi, ia menyebutkan, komponen lain yang juga memakan banyak ongkos adalah pembiayaan barang modal atau leasing. Maklum, proses pembayaran menggunakan dolar AS yang secara nilai tukar masih di atas Rp14 ribu.

“Dari 2016 sampai 2018 kurs kita sudah melemah sekitar 170 persen. Sedangkan maskapai penerbangan dari April 2016 tidak ada kenaikan,” tutur Akshara.

Padahal, beberapa harga komponen pokok dari penerbangan sudah meroket. Misalnya, harga bahan bakar (avtur) yang sudah naik 165 persen sejak 2016. Lalu, pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung penerbangan domestik.

Oleh sebab itu, INACA meminta kepada regulator dan operator PT Pertamina (Persero) untuk menurunkan harga avtur hingga 10 persen.

Merespon permintaan asosiasi, pihak Pertamina menjelaskan harga avtur yang dibeli maskapai reguler di Indonesia merupakan harga kesepakatan dalam kontrak jangka waktu tertentu.

Harga avtur yang dijual oleh Pertamina mengikuti pergerakan harga minyak dunia secara umum. Jika harga minyak dunia berubah, harga avtur pun menyesuaikan.

“Jadi pada prinsipnya, kami yakin harga kami kompetitif,” kata ujar External Communication Manager Pertamina, Arya Paramita, dikutip dari CNBC Indonesia. (*)

Follow dan Simak Berita Menarik Timur Media Lainnya di Google News >>

Related posts