Sinyal Merah Air Tanah (I)

Untuk kebutuhan mendesak pada 2015-2016, air baku setidaknya harus mencapai 369,50 l/dt dengan kapasitas produksi yang ada (eksisting) mencapai 312 l/dt.

Total debit dari keseluruhan sumur utama yang terpancang di Kota Bontang adalah 531 liter/detik. Sumur-sumur ini berada pada kisaran 45,858 ribu m3/hari. Total pemakaian sumur dalam eksisting yang utama (PDAM, PKT, Badak LNG) adalah sekitar 16,509 juta m3/tahun, berdasarkan data tahun 2011 dan 2012 (tiga tahun terakhir). Data eksisting pengambilan air tanah mencapai 49 ribu m3/hari.

Read More

“Dampak dari pengambilan air tanah yang terkonsentrasi pada suatu wilayah tertentu telah mengakibatkan pengerucutan muka air tanah.

Hasil analisis kajian Ketersediaan Air Tanah Kegiatan Peningkatan Konservasi Daerah Tangkapan Air dan Sumber-Sumber Air Kota Bontang (LAPI ITB – Pemerintah Kota Bontang) Tahun 2013, cukup mengejutkan. Terjadi penurunan MAT (muka air tanah) yang sangat signifikan dari kondisi awal atau alamiah dengan Peta Piezometrik.

Muka piezometrik turun 27.5 m atau hampir sekitar 1 m per tahun di daerah komplek industri Badak NGL. Sementara di kawasan industri PKT, terjadi penurunan 17.5 m atau hampir 0.5 m per tahun

“Mungkin tidak terasa. Tetapi, itu bisa diukur dengan pendulum khusus. Bisa terlihat penurunan tanah di sana,” ujar Edwin.

Pun, ancaman lain datang dari laut. Ketika terjadi kekosongan ruangan yang sebelumnya diisi air tanah yang terhisap oleh sumur bor, maka ruangan kosong itu sangat pasti akan diisi oleh air laut. Sehingga, potensi intrusi (pencemaran air tanah oleh air laut) kerap terjadi di Kota Bontang. Jadi, tak usah heran jika suatu ketika, air Bontang rasanya seperti tercampur garam.

Edwin menyarankan agar pemerintah segera melarang pengambilan air tanah secara berlebihan. Upaya ini untuk mengurangi dampak buruk pemanfaatan air tanah, seperti penurunan elevasi tanah dan intrusi air laut.

“Jangan jadi keblinger ngambil air tanah. Stop dulu. Boleh anda ambil, tapi ada syaratnya. Sediakan catchment area (daerah tangkapan air), atau lubang biopori. Tapi, kalau pun pemerintah melarang, harus juga menyediakan solusinya. Pemerintah wajib menyediakan air baku,” tandas Edwin.

Langkah solutif yang bisa ditempuh adalah Bontang segera beralih kepada pemanfaatan sumber air permukaan. Opsinya tentu dengan memanfaatkan air permukaan dari sekitar Bontang, mengingat ketersediaan air permukaan di Bontang memang terbatas. Dua aliran sungai tidak memadai jadi sumber air permukaan. Daerah aliran sungai (DAS) Bontang hanya mencapai 111, 30 liter/detik. Sementara DAS Guntung, nihil sama sekali. (Bersambung)

Baca Juga: Sinyal Merah Air Tanah (II-Habis)

Follow dan Simak Berita Menarik Timur Media Lainnya di Google News >>

Related posts