TIMUR. Tulisan Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Profesor Budi Santosa Purwakartiko yang diunggah di Facebook pada 27 April 2022 lalu berbuntut panjang. Setelah dilaporkan ke Polda Kaltim oleh KAMMI pada Jum’at (6/5), kini mahasiswa ITK menuntut sang rektor mengundurkan diri.
“Kami memberi tenggat 7×24 jam kepada Profesor Budi Santosa untuk mengundurkan diri,” kata Ketua KM ITK Yustiadi Sampe Manggoali.
Selain meminta sang rektor mundur, dalam aksi demonstrasi yang berlangsung di Kampus ITK, Senin (9/5), mahasiswa juga meminta Budi Santosa meminta maaf dan mengklarifikasi pernyataannya secara terbuka kepada publik.
Jika tuntutan ini tak dipenuhi, KM ITK menuntut kepada pihak berwenang untuk mencabut jabatan Budi Santosa sebagai rektor ITK secara tidak hormat sesuai dengan pelanggaran terhadap undang-undang yang berlaku.
Dia menambahkan, sejak tulisannya viral, mahasiswa merasa institusi ITK ikut tercoreng. Efek domino, kata dia, juga turut dirasakan oleh mahasiswa lantaran nama institusinya terseret dalam perkara ini. Perwakilan ITK Ardiansyah Fauzi mengatakan, Budi Santosa sedang berada di Surabaya, sehingga tak bisa menemui perwakilan mahasiswa. Sebab, sejatinya Budi Santosa memang merupakan guru besar ITS dan mendapat tugas tambahan sebagai rektor di ITK.
“Beliau (Budi Santosa) sedang berada di Surabaya untuk memenuhi panggilan audiensi dengan Dewan Kehormatan Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Jadi Beliau ini memang homebase-nya di Surabaya,” kata Ardiansyah.
Laki-laki yang juga ketua Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan ITK ini menambahkan, audiensi kemungkinan besar memang terkait tulisan yang diunggah Budi Santosa belum lama ini. Di sisi lain, Ardiansyah menilai apa yang ditulis Budi Santosa murni pendapat pribadi dan bukan sikap resmi dari ITK.
Budi Santosa yang menjabat sebagai rektor sejak akhir 2018 tersebut, dikatakan Ardiansyah juga sudah memberikan klarifikasi secara internal kepada ITK. “Hari ini (10/5), beliau dijadwalkan hadir di Balikpapan dan akan bertemu perwakilan mahasiswa,” ungkap dia.
Soal tuntutan mundur dari mahasiswa, Ardiansyah mengaku tak bisa banyak berkomentar. ”Kita lihat saja prosesnya,” tuntas dia. Diberitakan sebelumnya, nama Budi Santosa Purwakartiko mendadak tenar setelah tulisan yang dia unggah di Facebook terkait hasil wawancara calon penerima LPDP viral. Dalam unggahannya, Budi Santosa membuat tulisan yang menyinggung penggunaan penutup kepala seperti manusia gurun.
Dia juga membahas perihal kalimat yang digunakan dalam ajaran Islam seperti, InsyaAllah, Barakallah dan Qadaraallah. Selain itu, Budi Santosa diduga menyinggung, mengasosiasikan atau mengelompokkan mahasiswa yang suka melakukan demonstrasi sebagai mahasiswa ber-IP rendah, bermasalah, dan bermasa depan suram.(Prokal)
Follow dan Simak Berita Menarik Timur Media Lainnya di Google News >>