TIMUR. Pernyataan Manajemen PT Energi Unggul Persada (EUP) yang menuding para nelayan merekayasa, dengan sabotase ikan mati di perairan Bontang Lestari dianggap sebagai drama korporasi.
Hal itu disuarakan Forum Santan Bersatu (FSB) yang mendampingi para nelayan Santan. Mereka menilai saat ini PT EUP saat ini ingin menarik simpati atau perlindungan dari Pemerintah Kota Bontang.
Ketua FSB Adi Rahman, mengaku Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang berlangsung di DPRD Bontang hanya menjadi debat kusir, karena pihak yang dirugikan yaitu nelayan tidak dihadirkan.
Seharusnya para nelayan ikut dipanggil. Kemudian dimintai pendapat atas temuan dugaan pencemaran yang menghilangian wilayah tangkap mereka.
“Ini permainan. Perusahaan sedang bermain drama, menjalankan perannya. Sebagai yang tertuduh. Terus sekarang menuduh nelayan untuk menyabotase. Itu pernyataan keliru,” ucap Adi Rahman, Jumat (28/3/2025).
Adi Rahman menilai rapat antara DPRD Bontang dengan PT EUP juga dianggap debat kusir karena tidak menyampaikan data akurat terkait pencemaran di sana.
Walaupun Dinas Lingkungan Hidup (DLH) sudah menyampaikan data uji sampling mereka, tetapi hasilnya masih diragukan karena penilaiannya terbatas, hanya 3 indikator.
“Nelayan itu cuman mau hidup dari hasil tangkapan. Ini ikan pada mati mereka kehilangan sumber pendapatan,” ucapnya.
FSB mendesak Pemkot Bontang bisa mengevaluasi izin operasi PT EUP. Keberadaan mereka hanya membuat kerusakan lingkungan semakin parah.
Adi Rahman siap akan mengadu data hasil laboratorium yang akan diuji secara internal. Sebab para nelayan sempat mengambil sampling air saat laut tercemar limbah PT EUP.
“Kalau banyak mudharat jangan dilanjutkan izinnya,” tambahnya.(*)
Follow dan Simak Berita Menarik Timur Media Lainnya di Google News >>