Satu Ruangan Dihuni 100 Orang, Lapas Bontang Jadi Penjara Terpadat di Kaltimtara

Kondisi kamar Masa Pengenalan Lingkungan (Mapernaling) di Lapas Bontang diisi ratusan orang

TIMUR. Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas II A Bontang kini menjadi penjara paling padat di Kaltim dan Kaltara (Kaltimtara). Kapasitas yang harusnya diisi 300-an orang, kini membengkak 4 kali lipat. Imbasnya penyakit mudah menular cepat di sana, belum lagi operasional yang gemuk.

Di dalam ruangan 30 meter per segi, ratusan pria duduk melantai di atas karpet plastik tipis. Hawa sumuk, aroma tak sedap dari bau keringat para pria itu yang saling bergesekan

Di dalam ruangan yang dulunya gereja ini, pria-pria dengan rambut cepak duduk mengintip keluar. Ke arah lapangan voli dari balik jeruji.

Ada 139 orang di ruangan ini, mereka adalah tahanan baru yang menunggu vonis sidang perkara. Setiap tahanan baru, ditempatkan dalam ruangan Masa Pengenalan Ligkungan (Mapernaling), sebelum dipindahkan ke blok sesuai jenis perkaranya.

Di Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas II A Bontang kini penuh sesak. Di Kalimantan Timur, Lapas di Kelurahan Bontang Lestari ini di peringkat pertama paling padat.

Kapasitas ideal di Lapas hanya 376 orang, namun kini sudah dihuni 1.635 narapidana. Membludak 4 kali lipat memaksa petugas memutar otak. Selain rawan penularan penyakit, ongkos operasional juga membengkak.

Kasi Binadik Lapas Kelas II A Bontang Riza Mardani mengatakan, mayoritas penyakit yang sering muncul diantaranya, penyakit kulit, saluran pernapasan, flu, dan demam.

Bahkan untuk penyakit menular seperti HIV juga ada. Total mungkin ada belasan WBP, dan mereka hidup berdampingan dengan teman-teman lainnya berdasarkan hasil pemeriksaan dokter.

“Kalau penyakit seperti kulit itu yang paling banyak. Menularnya juga sangat cepat. Itu dikarenakan sagu kamar bahkan lebih dsri 50-100 orang didalamnya,” kata Riza kepada Klik Kaltim (Timur Media Grup).

Kondisi kamar Masa Pengenalan Lingkungan (Mapernaling) di Lapas Bontang

Kamar Dihuni 100 Orang

Lapas Kelas IIA Bontang memiliki 6 blok. Satu blok khusus perempuan yaitu Nusa Baru dengan jumlah kamar sebanyak 8 unit.

Di tiap blok, terdiri dari beberapa kamar. Blok paling besar Nusantara Satu, ada 14 kamar. Ruangan yang harusnya diisi 20 orang, kini bisa didiami hingga 100 orang.

Setiap kamar dimodifikaai juga. Didalam satu kamar bisa dibuat tambahan diatas untuk tempat tidur. Namun tidak membuat struktur bangunan berubah.

Kalau tidak menambah tempat maka WBP tidak bisa tidur dengan nyenyak. Karena berdempet-dempetan. “Susah pastinya. Cuman situasi krodit kita antisipasilah. Namanya juga over kapasitas,” katanya.

Lapas Bontang berupaya untuk mengurangi kelebihan warga binaan ini, salah satunya dengan memindahkan mereka ke Lapas lain. Mereka dibawa dari Lapas Bontang ke Lapas Narkotika Teluk Bayur Samarinda 20 WBP, kemudian di Lapas Samarinda 20, dan Lapas Tenggarong ada 6 orang.

Baru beberapa waktu lalu terdapat 46 WBP yang dipindah. Belum juga lama informasinya pekan depan akan kembali dapat WBP dari luar jumlahnya sampai 90 WBP. Dari Samarinda ada 50, dan Balikpapan 40 WBP.

“Kita pernah capai rekor itu 1.669 orang sejarah yang paling banyak di Lapas Bontang Kelas IIA Bontang,” ungkapnya.

Operasional Membengkak

Imbas dari kelebihan kapasitas dengan membengkaknya anggaran. Untuk biaya makan saja, palung tidak satu bulan Lapas Bontang merogoh kocek Rp 1 miliar lebih, ditambah air dan listrik sekitar Rp 100 jutaan per bulan.

Belum lagi dengan biaya lainnya. Seperti listrik, air, dan obat-obatan. Dengan begitu kebutuhan setiap tahun Lapas selalu kekurangan anggaran.

Akibatnya, hutang selalu tercatat. Misalnya listrik dan PDAM. Setiap kali anggaran kurang mereka harus berfikir keras untuk meminta tambahan ke Kemenkumham.

“Pasti karena overload juga mengakibatkan membengkaknya anggaran operasional untuk WBP. Kadang harus berhutang untuk membayar tagihan listrik dan air,” sambungnya.

Penjagaan Ekstra

Mengelola Lapas Kelas II A di bidang keamanan juga membutuhkan kerja ekstra. Didalaam satu sel harus bisa kondusif untuk mencegah kejadian luar biasa.

Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Permasyarakatan (KPLP) Lapas Bontang, Angga Nurdiansyah mengatakan, menjaga WBP ada 4 regu.

Setiap penjagaan ada 11 personil yang disiagakan. Ditambah jajaran KPLP yang stand by untuk memastikan semua berjalan dengan kondusif.

“Aktivitas WBP pasti dibatasi. Kalau beraktivitas WBP tidak bisa semua diluar kamar. Harus dibagi karena pasti membahayakan,” terang Angga.(*)

Follow dan Simak Berita Menarik Timur Media Lainnya di Google News >>

Related posts