Ta Lande… Lan Ande…

Lembah dan bukit sunyi mencekam. Semua orang tinggal menunggu saatnya Kakek Dawat meledakan amarah. Mengacungkan kedua tangannya ke langit sambil berteriak meminta angin atau hujan pada Aki Lawang dan Nini Bugang — penguasa bumi dan langit sesembahannya. Ucapan Kakek Dawat melebihi ketajaman mantera seorang tukang sihir. Minta angin, datanglah angin. Minta hujan datanglah hujan. Sekedip mata.

Read More

“Kenapa orang tidak beragama itu punya kesaktian tinggi?”

Kenapa Tuhan yang disembah Kakek Dawat lebih mahamendengar dan mahamengabulkan? Apakah Tuhan yang disembah Kakek Dawat lebih mahasegalanya? Orang-orang saling bertanya, heran. Pantaslah kalau begitu Kakek Dawat tak pernah bergeming ketika puluhan pendeta dan pastor datang membujuknya untuk menganut Tuhan yang lebih modern.

Kakek Dawat hanya tersenyum ketika mendapat tawaran agama. Dengan rendah hati lalu Kakek Dawat berkata, tak mau jadi penghianat. Tuhannya telah begitu banyak memberi kebaikan.

“Alangkah hinanya kebaikan dibalas penghianatan. Pulanglah Bapak. Biarlah saya tinggal sendiri. Di hutan lebih damai,” katanya.

Pendeta dan pastor yang pernah datang membujuknya pulang. Lalu kepada orang-orang beragama mereka menyerukan; Akan datang suatu ketika seorang tukang sihir yang dengan kesaktiannya akan memukau mata setiap anak Adam.

“Tidakkah Kakek marah?”
“Tidakkah Kakek memanggil angin dan hujan?”
Orang-orang bertanya setelah pulih nyalinya. Kakek Dawat tersenyum.

Follow dan Simak Berita Menarik Timur Media Lainnya di Google News >>

2 of 5

Related posts