Ta Lande… Lan Ande…

“Apa yang bisa dilakukan oleh orang pikun seperti Kakek? Ada-ada saja. Angin dan hujan itu datang atas undangan waktu. Tak bisa dipanggil atau diusir,”

Read More

“Bukankah kami sedang berhadapan dengan Kakek Dawat?”
“Memang Memangnya Kakek ini siapa? Kakek datang ke sini karena kangen. Sudah lama tak melihat tempat main kakek dulu. Waktu kecil lembah ini tempat kakek main. Mencari ikan di sungai itu. Tapi sekarang lebah dan bukit ini bukan lagi milik kakek. Milik kalian. Kakek hanya kangen. Sudahlah, teruskan pekerjaan kalian. Biarkan kakek pergi!”

Long Langap dulu berbaju kayu, Tapi sekarang sudah telanjang
Kasihan Kakek sedih sendiri, Kakek Dawat melangkah pergi setelah ber-ta lande. Orang-orang menarik nafas. Ada yang lega ada yang cemas.

“Siapa orang tua itu?” tanya mandor tambang pada orang kampung anak buahnya.

“Kakek Dawat. Orang kami. Satu-satunya orang kami yang bukan lagi manusia biasa macam kami,”
“Kenapa kalian ketakutan?”
“Karena dia setengah siluman. Lidahnya tajam. Mati kata dia, maka matilah,”
“Tukang sihir?”
“Mungkin iya. Tapi nggak juga. Ia tak pernah berbuat jahat. Tapi sekali disakiti ia bisa berubah jadi siluman bengis,”

Mandor itu terdiam. Juga anak buah sang mandor yang datang dari tempat jauh. Dulu sewaktu mereka sedang menebangi kayu, membabat hutan, entah berapa kali Kakek Dawat datang ke kantor sang mandor itu.

“Siapa yang menyuruh membabat hutan ini?” tanya Kakek Dawat pada sang mandor saat kali pertama datang ke kantor.
“Memangnya Kakek perlu apa? Kalau perlu beras, gula, garam, atau tembakau bilang saja. Nanti kami kasih sebanyak yang Kakek mau.” jawab mandor kala itu.

“Kakek hanya ingin tahu. Siapa?”
“Tak ada gunanya. Kakek tahu? Sudahlah kakek pulang saja!”

Follow dan Simak Berita Menarik Timur Media Lainnya di Google News >>

3 of 5

Related posts