Ta Lande… Lan Ande…

Tak semua orang Long Langap percaya pada ucapan orang-orang kecamatan dan orang-orang mandor perusahaan itu. Juga pada imam gereja mereka yang terang-terangan bersekutu dengan komplotan orang kecamatan dan peruperusahaan.

Read More

Bahwa satu-satunya cara untuk menyentosakan kehidupan orang-orang Putuk yang udik dan belangsak hanyalah dengan membongkar sepasang bukit dan lembah Langap. Orang kecamatan dan orang perusahaan menjamin dari bukit dan lembah itulah akan mengalir harta yang kelak akan menyentosakan kehidupan mereka.

Orang Langap tak perlu mimpi kalau hanya ingin tidur di atas kasur empuk. Punya rumah kayu kokoh dan bercat bagus. Tak seperti rumah sekarang, tikus pun tak betah bersarang. Punya tivi. Anak-anak bisa sekolah. Jalan diaspal.

Listrik menyala. Gereja megah. Orang Langap tinggal serius menyembah Tuhan. Jangan pedulikan Kakek Dawat dan segala ajarannya yang hanya akan mengekalkan kebodohan dan kemelaratan.

“Sudah waktunya perubahan itu kita nikmati. Mari kita mulai. Kita punya hutan yang bisa dimanfaatkan untuk membebaskan kita dari kemiskinan. Tunggu apa lagi? Jangan selamanya berharap pada negara. Kita harus berdiri di atas kaki sendiri!”

Pidato pegawai kecamatan membuat orang-orang Langap takzim.

“Dan sesungguhnya Tuhan menganugerahkan kekayaan yang melimpah. Tanah, air, udara dan seluruh yang ada di dalam dan di atas bumi tak lain untuk dimanfaatkan oleh umat manusia. Maka mulialah wahai orang-orang yang bersyukur, yang mau memanfaatkan anugerah itu dari Tuhan sebagai tanda kasih, sayang, dan cinta pada makhluknya,” seru Bapak Imam Gereja mereka.

Kakek Dawat hanya tersenyum mendengar pengaduan orang-orang Langap yang sangsi atas ucapan orang kecamatan dan imam gereja mereka.

“Kami takut sebab kami bermimpi Adu’ oroh datang mengirim bencana. Hujan dan badai. Rumah kami porak poranda. Kampung kami tenggelam. Lalu kami semua menjadi kodok,” Kakek Dawat terkekeh.

“Kadang-kadang kalian memang harus merasakan jadi kodok.Kwek, kwek, kwek, brogodododod…,”

“Tolonglah kami Kakek. Atau biarkanlah kami menuruti apa mereka mau?”

“Ya, jadilah kalian kodok agar puas tinggal di dalam lumpur rawa. Kwek, kwek, kwek, brogodododod…Jadi santapan lezat ular-ular sawah.(***)

Follow dan Simak Berita Menarik Timur Media Lainnya di Google News >>

Related posts