Kasus DBD Meningkat, RSUD Bontang Pastikan Optimalisasi Layanan Rawat Inap

Dokter Spesialis Anak RSUD Bontang, dr Arlita Eka Putri Vivin Puspitasari (ist)

TIMUR. Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa waktu terakhir mengalami peningkatan. Penularan infeksi virus melalui gigitan nyamuk aedes aegypti ini butuh penanggulangan intensif, karena demam tinggi yang terjadi kepada pasien.

Read More

RSUD Taman Husada Bontang pun memastikan memberi pelayanan unggul bagi pasien yang mengalami DBD, untuk menjalani rawat inap. Perawatan ini penting dilakukan untuk memonitoring kondisi klinis, evaluasi laboratorium dan pemberian cairan secara intensif.

“Penanganan DBD harus rawat inap, tak bisa dengan rawat jalan,” kata Dokter Spesialis Anak RSUD Bontang dr Arlita Eka Putri Vivin Puspitasari, Sp.A, Jumat (29/7/2022).

Dia menuturkan, kasus DBD di Bontang saat ini sejatinya sedang meningkat, ditambah lagi intensitas hujan yang cukup sering beberapa waktu terakhir. Perbandingannya, dari 100 anak yang menderita DBD, akan didapati dua anak atau lebih yang mengalami DBD berat atau kondisi kritis. Untuk itulah penderita DBD perlu dilakukan rawat inap.

Berdasarkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Bontang, hingga Juli 2022, sebanyak dua anak meninggal dunia karena mengidap penyakit tersebut. “Jadi DBD itu nyata adanya, bukan penyakit remeh. Jadi kalau sudah mengalami kondisi gawat, dapat menyebabkan kondisi kritis bahkan meninggal dunia,” terangnya.

Arlita menjelaskan, DBD mempunyai ciri-ciri yakni demam tinggi secara terus menerus selama 3 hingga 7 hari. Meski sudah diberi obat turun panas tapi tak kunjung menurun. Atau turun sedikit, kemudian naik lagi.

Tak hanya itu, gejala lainnya yakni pusing, nyeri dibelakang mata seperti cenut-cenut, nyeri tulang, nyeri sendi, hingga sakit perut, mual dan muntah.

“Gejala utamanya demam, tapi bisa disertai gejala lain seperti batuk, pilek, kejang dan mencret. Jika anak mengalami kondisi seperti itu, baiknya lakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah DBD atau tidak. Sebab kalau lambat penanganan, maka dapat menyebabkan risiko kritis,” pungkasnya.(*)

Follow dan Simak Berita Menarik Timur Media Lainnya di Google News >>

Related posts