TIMUR. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Taman Husada Bontang telah menetapkan 12 indikator mutu prioritas pelayanan bagi pasien.
Adapun 12 indikator yang menjadi prioritas dirinci menjadi 5 bagian, diantaranya:
- Indikator pelayanan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP), yakni kepatuhan indentifikasi pasien, kepatuhan Tulis, Baca dan Komunikasi (TBaK) dalam menerima instruksi telepon, menyimpan obat elektrolit konsentrat, site marking pada pasien saat dilakukan tindakan bedah, kebersihan tangan, dan upaya pencegahan resiko pasien jatuh.
- Indikator pelayanan klinis prioritas adalah kepatuhan petugas sebagai Pendamping Minum Obat (PMO) pasien Tuberkulosis (TB) selama rawat inap.
- Indikator sesuai tujuan dan strategis rumah sakit merupakan kepatuhan dokter memulai jam pelayanan rawat jalan.
- Indikator perbaikan sistem, yakni kecepatan pemindahan pasien IGD ke ruang rawat inap dalam waktu kurang lebih 6 jam, pelaksanaan ekpertise hasil pemeriksaan radiologi, dan kelengkapan informed consent.
- Indikator manajemen risiko adalah kemampuan karyawan untuk menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Pengendalian Mutu RSUD Taman Husada Bontang Tri Ratna Paramita menuturkan, perwujudan 12 indikator ini telah dituangkan melalui pelatihan, yang diikuti 40 peserta dari kepala unit, ruang, instalasi dan pengumpul data mengikuti pelatihan indikator mutu pelayanan di Lantai 5 Gedung RSUD, Kamis (16/6/2022).
Hasil pelatihan akan diaplikasikan dalam lingkungan kerja per 1 Juli 2022. Kemudian, pekan depan RSUD juga akan mensosialisasikan indikator ini ke para dokter dan komite medik.
“Pelatihan ini diberikan bagi kepala unit dan pengumpul data sebagai peningkatkan mutu pelayanan yang berdampak positif untuk pasien,” kata Paramita saat dikonfirmasi, Jumat (17/6/2022).
Paramita mengatakan, alasan pelatihan indikator mutu pelayanan penting dilaksanakan agar penanganan tepat sasaran. Semisal identifikasi data pasien, tentang nama, tempat tanggal lahir dan rekam medik.
Contoh kasus, terdapat dua orang yang mempunyai kesamaan nama dalam satu ruangan yakni Bambang. Namun keduanya memiliki penanganan berbeda. Bambang A penyuntikan dan Bambang B pengambilan sampel darah.
Apabila tidak dilakukan identifikasi data pribadi pasien dengan benar, maka dapat terjadi salah penanganan.
“Ini yang menjadi penting tentang indikator mutu pelayanan pasien. Hal kecil namun berdampak besar. Kami selalu berbenah demi peningkatan pelayanan bagi pasien,” tandasnya.(*)
Follow dan Simak Berita Menarik Timur Media Lainnya di Google News >>