TIMUR. Optimalkan tumbuh kembang anak dengan Down Syndrom melalui pendampingan serta penanganan yang tepat, Persatuan Orangtua dengan Anak Down Syndrom (POTADS) Kota Bontang gelar Sharing Ilmu dan Terapi Psikis di Bungalow 1 Grand Equator Hotel, Minggu (25/8) pagi.
Didukung penuh Pupuk Kaltim, kegiatan diikuti 20 keluarga dengan anak down syndrom se-Kalimantan Timur. Sekaligus ajang kopi darat bagi para orangtua, untuk saling bertukar pikiran dalam penanganan anak.
Koordinator Lapangan POTADS Kota Bontang Irma Yulianti, mengatakan kegiatan ini juga upaya pihaknya mensosialisasikan serta mengedukasi masyarakat jika down syndrom bukan sebuah penyakit yang diderita anak, karena tidak menular dan bukan faktor keturunan. Meski beberapa kelahiran dipengaruhi translokasi dengan persentase sekira 4 persen dari 100 kelahiran.
“Untuk itu kami ingin mengedukasi masyarakat tentang apa itu down syndrom, karena peran masyarakat di sekitar anak dengan down syndrom sangat berpengaruh untuk masa depan mereka,” ujar Irma Yulianti.
Menurut dia, ketika memiliki anak dengan down syndrom, penting bagi orangtua memperhatikan faktor penerimaan terhadap anak, dengan melihat kemungkinan yang disertai beberapa kelainan. Selain itu orangtua hendaknya bisa melakukan screening berkala serta intervensi dini kesehatan anak, sebelum memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang mereka.
“Hal itu penting untuk diperhatikan, sebab orangtua dengan anak down syndrom butuh dukungan untuk penanganan yang tepat,” tambah Irma.
Secara jumlah, di Kalimantan Timur ada sekira 200 keluarga dengan anak down syndrom yang tergabung di POTADS, dan 14 diantaranya di Kota Bontang. Meski diakui Irma, jumlah tersebut hanya sebagian kecil dari total keluarga dengan anak Down Syndrom diluar keanggotaan, sebab masih banyak yang terkesan memilih menutup diri dengan kondisi anak.
Hal ini pun menjadi tantangan POTADS, untuk bisa merangkul lebih banyak anggota serta berbagi ilmu dan pengalaman dalam penanganan anak berkebutuhan khusus tersebut.
Silaturahmi dan kopi darat ini pun menjadi agenda pertama POTADS setelah intens menjalin komunikasi melalui media sosial dan jejaring perpesanan (Whatsapp) dengan seluruh anggota se-Kaltim, yang diharap mampu membnuka wawasan orangtua lain di Kalimantan Timur, dan bisa bergabung untuk saling sharing dan berbagi.
“Makanya kami sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepada Pupuk Kaltim, yang telah memfasilitasi penuh kegiatan ini. Semoga sharing session dan terapi psikis ini menjadi awal yang baik bagi tumbuh kembang anak dengan down syndrom di Bontang maupun Kaltim,” tutur Irma.
Mewakili manajemen perusahaan, Staf Hubungan Eksternal Departemen Humas Pupuk Kaltim Yudi Vergiono, mengatakan Pupuk Kaltim selalu berupaya memberikan ruang bagi masyarakat untuk kegiatan positif, baik yang ada di sekitar perusahaan maupun di Bontang dan Kalimantan Timur. Apalagi POTADS merupakan wadah bagi orangtua dengan anak down syndrom untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, yang wajib didukung sebagai bentuk tanggungjawab moral perusahaan terhadap kualitas hidup dan kesehatan masyarakat.
“Karena anak dengan down syndrom merupakan anak-anak istimewa yang butuh penanganan spesial. Semoga Pupuk Kaltim mampu memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya keluarga dengan anak down syndrom di Bontang dan Kalimantan Timur,” ucap Yudi Vergiono.
Anggota POTADS Kaltim saat Sharing Ilmu dan Terapi Psikis bagi orangtua dengan anak down syndrom (Foto: Humas Pupuk Kaltim)
Sekretaris POTADS Kaltim Meliani, yang hadir pada kesempatan itu turut berbagi pengalaman mendampingi anak dengan down syndrom. Diungkapkannya, memiliki anak dengan down syndrom butuh kecakapan orangtua, agar tumbuh kembang anak berjalan dengan penanganan yang tepat dan optimal. Mengingat anak dengan down syndrom butuh kepercayaan diri yang kuat agar bisa mandiri dan mampu seperti anak pada umumnya.
Salah satunya cinta orangtua, yang harus mengerti bagaimana mencurahkan perhatian bagi anak. Sebab terkadang sikap orangtua mempengaruhi anak menjadi tidak mandiri, serta membawa pengaruh terhadap psikis anak dengan lebih memilih ketergantungan akan penanganan orangtua.
Dicontohkannya, anak umur 6 tahun yang sejatinya sudah bisa makan sendiri, terkadang tidak difasilitasi dengan baik orangtua karena alasan rasa sayang. Padahal orangtua wajib sabar memberikan pendampingan dan tata cara makan kepada anak, agar bisa melakukan aktivitas sendiri.
“Untuk itu penting bagi orangtua mengajarkan dengan baik cara makan kepada anak agar mereka bisa mandiri. Jangan bedakan hak dan kewajiban anak, dan jangan ditekan serta bangkitkan rasa percaya diri mereka,” papar Meliani. (ram/ads)
Follow dan Simak Berita Menarik Timur Media Lainnya di Google News >>