Data menunjukkan, cadangan air tanah Bontang berada pada Cekungan Air Tanah Samarinda. Kategorisasi itu berdasarkan Keppres Nomor 26 Tahun 2011. Ada lima cekungan air tanah utama di Kaltim, yaitu Cekungan Air Tanah Sendawar, Cekungan Air Tanah Jonggon, Cekungan Air Tanah Tenggarong, Cekungan Air Tanah Loa Lumur, dan Cekungan Air Tanah Samarinda.
Edwin, yang pernah menimba ilmu manajemen air di Belanda (Water Demand Manajemen,Delft Technics University, Delft Holland) pada 2012 lalu itu menguak banyak fakta soal ketersediaan air baku di Kota Taman. Misal, soal kandungan (baca: debit) air baku dalam tanah yang saat ini banyak disedot baik oleh perusahaan yang ada di Kota Bontang maupun pihak swasta, pun PDAM. Total debit dari keseluruhan sumur utama adalah 531 liter/detik. Keseluruhannya berada pada kisaran 45,858 ribu m3/hari.
Sebagian masyarakat Bontang juga masih menggunakan air dari sumur dangkal. Air ini dapat diperoleh pada kedalaman tanah yang bervariasi antara satu wilayah dengan wilayah lain berkisar kedalaman 2-9 meter.
Kondisi air jenis ini berwarna agak keruh kecoklatan serta berbau amis. Karena kondisi ini, maka sebagian besar masyarakat menggunakan air dari sumur gali hanya untuk memenuhi kebutuhan mandi, cuci dan kakus. Untuk kebutuhan konsumsi (masak dan minum) masyarakat mengandalkan air dari sistem perpipaan baik dari PDAM maupun Non PDAM serta dari mobil tanki.
Data Dinas Kesehatan Kota Bontang, dari total 2616 sumur dangkal yang memenuhi syarat, terdapat sekitar 13.081 penduduk Bontang yang masih menggunakan air sumur dangkal. Sementara 8160 penduduk Bontang yang masih menggunakan air sumur dangkal dari 1632 sumur dangkal yang tidak memenuhi syarat.
Edwin mengkaji para pihak pengguna air tanah Bontang berdasarkan data Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Bontang per 2013.
Selain PDAM dengan 18 sumur per 2013 (total 465 l/dt) dengan kebutuhan air baku sebesar 1.355,08 L/dt hingga 2034, ada 4 pihak yang lahap mengisap air tanah Bontang.
PT Pupuk Kaltim, memiliki setidaknya 10 sumur pemanfaatan air tanah. Tetangganya, PT Badak LNG, memiliki 8 sumur (1 tidak aktif).
Sementara pihak swastra, 5 (2 stand by) sumur milik CV Air Bersih Manuntung Haji Yoyo di Kampung Baru, Bontang Selatan, dan Hotel Abadi (2) sumur. (lihat grafis). Total pemakaian sumur dalam eksisting yang utama (PDAM, PKT, PT. Badak) adalah sekitar 16,509 juta m3/tahun berdasarkan data Tahun 2011 dan 2012.
Menurut Edwin, dari data tersebut penggunaan sumur bor (deep well) untuk menghisap air tanah tergolong berbahaya. Pasalnya, ketika kandungan air menyusut, tak ada penyangga tekanan beban tanah. Air menjadi susut. Otomatis tidak ada tekanan air penyangga beban tanah. “Bontang bisa amblas,” ujar Edwin.
Lagipula, data Tinjauan Rencana Pengembangan Sistem Pengolahan Air Minum Kota Bontang (RISPAM) Kota Bontang per 2014 menyebutkan kebutuhan air baku sampai dengan tahun 2034 sebesar 1.405,08 liter/detik. Proyeksi kebutuhan air Bontang hingga 2035 adalah Bontang Barat 313 l/detik, Bontang Utara 518 l/detik, dan Bontang Selatan 517 l/detik.
Sementara pengambilan air tanah maksimal yang direkomendasikan setara 1,400 liter/detik. Kebutuhan tersebut muncul dari perkiraan pertumbuhan penduduk Kota Bontang yang terus meningkat. BPS Kota Bontang menyebut jumlah penduduk Bontang mencapai angka 163.651 penduduk Bontang per 2014.
Follow dan Simak Berita Menarik Timur Media Lainnya di Google News >>