TIMUR – Kenduri itu baru saja usai. Dari bilik dan tempat pemungutan suara, pemilihan kepala daerah di Kalimantan Timur mendadak identik dengan 999; Rabu 9 Desember 2015 menjadi waktu pelaksanaan untuk menentukan nasib 9 kabupaten/kota mencari 9 pemimpin –entah anyar atau wajah lama.
Segantang harap dan asa dirapal agar 999 tak berubah, dan terbalik menjadi manifestasi 666 yang justru jadi petaka bagi 9 daerah pasca pilkada.
Seribu Janji Tak Cukup Bukti
Pemenang punya alasan untuk Jumawa. Setelah terluka melalui pertarungan melelahkan di Pilkada, sang pemenang patut sumringah. Terlepas dari kecurangan dan hujatan soal berbagai kekurangan, ketuk palu Komisi Pemilihan Umum (KPU) pekan lalu memastikan mereka adalah Kepala dan Wakil Kepala derah terpilih.
Walaupun belum dilantik, para pemimpin baru daerah, baik yang petahana atau non petahana punya setumpuk pekerjaan rumah. Tidak hanya membuktikan janjinya kepada rakyat, mereka harus menyelesaikan utang budi atau imbal jasa tim sukses.
Tentu tidak semua tim sukses minta balas jasa. Sedikit diantaranya cukup bahagia jika calonnya menang Pilkada. Bahkan, banyak tim sukses yang secara profesional bekerja untuk memenangkan kandidat.
Untuk model yang satu ini, pemenang Pilkada tidak perlu memutar otak. Setelah dibayar lunas, putus pula hubungan business to business. Kecuali, kandidat menjanjikan pekerjaan lanjutan setelah terpilih.
Namun, bagi tim sukses yang menanam barang dan jasa untuk memenangkan kandidat, tidak ada pilihan selain menagih investasi. Setelah terpilih, yang pertama dipikirkan bagaimana mengembalikan ‘pinjaman’.
Tetek bengek modal politik dan perkara biaya “pesta” atau mungkin money politik menjadi tanggungjawab sang pemenang. Pelunasan utang politik itu jangan sampai mengorbankan urusan rakyat. Rakyat hanya mau seribu janji dijawab dengan bukti. Dimulai dari 100 hari.
Follow dan Simak Berita Menarik Timur Media Lainnya di Google News >>