TIMUR – Mahakam Kota II bukan Candi Borobudur –bisa simsalabim dibangun dalam semalam. Tapi hingga tiga periode presiden Indonesia dan walikota Samarinda, jembatan yang digadang-gadang sebagai terpanjang di Benua Etam itu tak kunjung rampung.
RABU 6 Januari 2016. Sore menjelang Magrib, Ratna mencoba selfie. Tubuh gadis asal Sungai Dama itu sedikit miring ke kiri. Ia nyaris melewati batas tepi Jembatan Mahkota II. Dengan pose serupa model, Ratna lalu menekan tombol di smartphone untuk menjepret diri.
Hanya sepelemparan batu dari sana, tampak sebuah pos penjaga. Seorang penjaga berdiri; sedari tadi mengawasi Ratna yang asyik selfie di tepian jembatan itu. Dengan mata memicing, dia memerhatikan setiap langkah yang dibuat Ratna.
Ratna –dan sekelumit pemandangan seperti ini– hanya satu dari sekian cerita di Jembatan Mahkota II.
Sejak dibangun 2003 lalu, puluhan warga sering ke sana untuk sekedar pelesir. Beruntung, sore itu, Ratna dapat berfoto di dekat titik hubung jembatan yang masih menganga –dari arah jembatan di Sungai Kapih.
“Saya sejak kelas 3 SD sudah sering main ke sini. Tahun berapa itu, ya? Sampai saya lulus SMA, belum jadi juga. Sampai sekarang, belum selesai. Lamanya itu,” ujar Ratna, sembari membenamkan parasnya di telapak tangan. Ratna teringat sepupunya yang tewas setelah loncat dari jembatan itu beberapa tahun lalu.
Tak semua warga mampu menerobos palang rangka besi yang sekarang terpasang di jembatan itu. Maklum, PT Argabudi Karyamarga –perusahaan kontraktor yang menangani proyek ini– tak mau lagi kecolongan. Akses jembatan terpaksa ditutup karena pernah memakan korban jiwa. Mereka –para korban itu– rata-rata jatuh dari jembatan yang belum rampung itu. Satu di antaranya, ya, sepupu Ratna tadi.
Follow dan Simak Berita Menarik Timur Media Lainnya di Google News >>